Home   About   Contact

Thursday, October 17, 2013

Mengenal Minyak Urut Tradisional Khas Tanah Karo

Urut atau dalam bahasa Karo adalah alun merupakan suatu metode pengobatan tradisional yang dalam bahasa Inggris dikenal pula dengan istilah massage. Khusus bagi masyarakat Karo, metode pengobatan dengan cara urut sudah dikenal secara turun temurun, dan diterapkan untuk menyembuhkan berbagai jenis penyakit. 

Secara umum penyembuhan penyakit yang kerap dilakukan oleh masyrakat Karo dengan cara urut adalah ketika ada bagian dari tubuh yang terasa pegal-pegal dan capek, bagian tubuh terkilir, masuk angin, dan bahkan metode urut juga diterapkan bagi pasangan suami istri yang kesulitan untuk mendapatkan keturunan.

Khusus untuk pemulihan kesegeran tubuh dari keletihan saat bekerja dan juga masuk angin, maka secara umum ada minyak urut khas yang kerap digunakan oleh masyarakat Karo secara turun-temurun dari warisan nenek moyang. Minyak urut yang dikenal dengan istilah minak pengalun ini telah diturunkan dari generasi ke generasi semenjak ratusan tahun yang lalu, dan sampai saat ini masih terus dilestarikan oleh hampir seluruh masyarakat, khususnya bagi mereka yang tinggal di pedesaan, bahkan tidak jarang juga bagi masyarakat Karo yang tinggal di perkotaaan.

Sejauh ini memang banyak jenis minyak urut khas Karo dan diproduksi melalui usaha-usaha rumahan. Namun beberapa diantara minyak urut tersebut juga telah diproduksi secara lebih profesional, salah satu contohnya seperti minyak urut Kemkem misalnya.

Keberadaan ramuan-ramuan yang diolah untuk menjadi minyak urut sejauh ini memang masih menjadi rahasia. Namun secara umum ramuan yang digunakan untuk pembuatan minyak urut terbuat dari berbagai rempah-rempah khas Karo dan secara umum diperoleh dari dedaunan, batang dan akar-akaran perdu, dan juga pepohonan yang tumbuh di tengah hutan.

Keberadaan hutan yang semakin sempit dewasa ini, membuat keberadaan bahan-bahan pembuatan minyak urut khas Karo pada umumnya sudah sangat sulit didapatkan. Untuk mengantisipasi kekurangan bahan baku ini, maka sebahagian para pembuat minyak urut telah mengupayakan sumber alternatif bahan baku, yaitu dengan mencoba membudidayakan tanamban bahan baku minyak tersebut di kebun dan juga di halaman rumah mereka, dimana keberadaan tanaman-tanamanan tersebut tidak akan dikenali oleh seorang yang awam.

Meski keberadaan minyak urut khas Karo telah menjadi bagian dari kehidupan masyarakat Karo semenjak ratusan tahun yang lalu, dan bahkan saat ini juga telah digunakan oleh kalangan luas diluar masyarakat Karo, tetapi keberadaanya hingga saat ini belum diteliti secara medis dan saintis, sehingga keberadaan potensi pengobatan alternatif lokal ini patutlah disentuh oleh penanganan yang lebih limiah lagi. Penelitian secara ilmiah dan dibarengi dengan pengemasan yang semakin modern, tentu akan dapat mendongkrak keberadaan minyak urut menjadi lebih luas diterima kalangan masyarakat.

Tentu tidak akan menjadi mustahil apabila keberadaan miyak urut dikelolah secara lebih profesional, maka keberadaan miyak urut Karo juga dapat menjadi salah satu brand image Tanah Karo yang dapat diterima luas oleh seluruh masyarakat dunia.

Wednesday, October 16, 2013

Obat Tradisional Karo untuk Penyakit Epilepsi

Epilepsi atau dikenal juga dengan istilah ayan adalah penyakit saraf menahun dan akan menimbulkan serangan secara mendadak, serta berulang-ulang tanpa alasan yang jelas. Pada penderita umumnya berbagai sinyal-sinyal dari jutaan sel saraf (neuron) yang bertugas mengordinasikan semua aktivitas tubuh termasuk perasaan, pikiran, pengelihatan, serta gerakan tidak dapat berjalan sebagaimana mestinya. Hal tersebut dapat terjadi oleh berbagai sebab, diantaranya: trauma kepala, tumor otak, dan lain sebagainya.

Secara umum penyakit ayan diduga disebabkan oleh kerusakan otak dalam proses kelahiran, luka kepala, stroke, tumor otak, alkohol, dan lain sebagainya. Namun kadang-kadang, ayan juga didiagnosa berdasarkan genetika, tetapi dipastikan bukan merupakan penyakit keturunan. Sejauh ini penyebab pasti akan terjadinya penyakit ayan masih belum diketahui secara jelas.

Sejauh ini pengobatan epilepsi secara umum dilakukan dengan motode terapi dengan penggunaan obat anti-epilepsi. Hampir sebanyak 70 persen dari kebanyakan pasian epilepsi kejang dapat dikendalikan dengan penggunaan obat. Sementara sekitar 20-25 persen lainnya mengalami frekwensi dan keparahan setelah menggunakan obat anti-epilepsi.

Sementara itu jenis obat-obatan anti-epilepsi sendiri memiliki berbagai macam variasi. Berdasarkan ketersediaanya secara medis, obat epilepsi terbagi atas 2, yaitu obat dengan half-lives yang lebih pendek, sehingga konsumsinya lebih dari sekali setiap hari, sementara obat anti-epilepsi half-lives yang panjang seperti fenitoin, fenobarbital, dan ethosuximide umumnya cukup dikonsumsi 1 kali sehari.

Obat Tradisional Karo untuk Penyakit Epilepsi


Secara turun-temurun masyarakat Karo juga sudah mengenal penyakit epilepsi (Bahasa Karo: Tabun) dan secara tradisional umumnya penyakit ini dikenal juga dengan penyakit yang tidak dapat disembuhkan secara total, tetapi dengan mengikuti terapi secara rutin, maka akan terjadi pengurangan frekwensi kejang/status epileptikus.

Adapun secara umum pada masyarakat Karo menggunakan ramuan tradisional untuk mengurangi frekwensi kejang yang diakibatkan oleh penyakit epilepsi adalah menggunakan ramuan dari dedaunan dan kemudian dihaluskan, serta diperas untuk diambil saripatinya, dan kemudian diminum. Berikut adalah ramuan herbal Karo untuk mengatasi penyakit epilepsi:

1. Daun bawang panjang
2. Daun terbangun
3. Daun serai
4. daun pupuk mula jadi
5. daun lengkuas
6. Garam
7. Merica
8. Rumput tahi babi

Adapun kumpulan dari ramuan-ramuan diatas, digiling hingga halus, kemudian diperas untuk mengambil saripatinya. Air saripati dari ramuan tersebut kemudian dikonsumsi sebagai minuman. Penggunaan ramuan secara berkala akan mengurang frekwensi kejang yang diakibatkan oleh penyakit epilepsi.

Sunday, October 13, 2013

Obat Herbal Karo untuk Penyakit Cacar Air

Cacar air atau varicella simplex merupakan suatu penyakit menular pada manusia yang diakibatkan oleh infeksi virus varicella-zoster. Penyakit ini ditandai dengan gejala penderita akan merasa demam, pilek, cepat merasa lelah, lesu, dan lemah. Gejala seperti ini mermang sangat khas untuk infeksi virus. Dalam kasus yang lebih parah, penderita akan merasakan nyeri sendi, sakit kepala dan pusing. Setelah gejala awal muncul, maka beberapa hari kemudian akan timbul kemerahan pada kulit yang berukuran kecil dan pada umumnya ditemukan pertama sekali pada bagian dada.

Dalam tahap lanjut, kemerahan yang terjadi pada kulit kemudian berubah menjadi leting yang berisi cairan dengan dinding tipis. Ruam kulit ini munkin terasa agak nyeri dan juga gatal, sehingga dapat tergaruk secara tidak sengaja. Apabila leting dibiarkan, maka akan segera mengering dan membentuk keropeng (krusta) yang nantinya akan terlepas dan meninggalkan bercak di kulit yang lebih gelap. Bercak ini kemudian akan pudar, sehingga beberapa waktu kemudian akan hilang tanpa meninggalkan bekas.

Apabila leting cacar itu dipecahkan, maka krusta akan cepat terbentuk lebih dalam, dan hal ini dapat mengakibatkan keberadaan leting akan sulit mengering, bahkan membutuhkan waktu yang lebih lama. Bila hal ini terjadi, maka infeksi bakteri yang terjadi akan lebih mudah terjadi pada bekas luka.

Obat Herbal Untuk Penyakit Cacar Air


Masyarakat Karo secara turun-temurun telah mengenal penyakit cacar air secara turun temurun. Penyakit ini dalam bahasa Karo dikenal dengan istilah Penakit Reme, sementara untuk obat cacar air dikenal juga dengan istilah penguras reme (obat cacar air). Adapun obat cacar air pada masyarakat Karo terdiri dari ramuan kembang-kembangan yang kemudian direndam pada air putih yang telah disediakan. Adapun ramuan-ramuan obat herbal Karo untuk penyembuhan penyakit cacar air secara lengkapnya adalah sebagai berikut:

Ramuan
  1. Bunga kiung (kembang tiung)
  2. Bunga cimen (kembang timun)
  3. Bunga tabu (kembang labu air)
  4. Bunga gundur (kembang kundur)
  5. Bunga beras-beras (kembang silaguri)
  6. Bunga pilulut (kembang pulut-pulut)
  7. Bunga pijer keeling (kembang pijer keling)
  8. Bunga sapa (kembang garingging)
  9. Bunga baho-saho (kembang buah-buah)
  10. Bunga beras (kembang beras)
  11. Bunga jambe (kembang labu makan)
Cara Pembuatan

Ramuan kembang-kembangan diatas direndam dalam air bersih dalam waktu beberapa saat, air rendaman kemudian diminum 3 kali dalam sehari. Minumlah air rendaman kembang-kembangan tersebut 3 kali dalam sehari, dan dalam waktu 2 hari untuk mendapatkan hasil yang maksimal.

Thursday, October 10, 2013

Sekilas Tentang Pengobatan Tradisional Karo

Karo adalah Suku Bangsa yang telah eksis selama ratusan bahkan ribuan tahun dan mendiami beberapa wilayah pada Provinsi Sumatera Utara, Indonesia, dan sekaligus menjadikan salah satu nama Kabupaten di Dataran Tinggi Karo, yaitu Kabupaten Karo. Beberapa wilayah yang diduduki oleh masyarakat Karo di Sumatera Utara disebut dengan Tanah Karo, dimana wilayah-wilayah tersebut mencakup Kabupaten Langkat, Kabupaten Deli Serdang, Kota Medan, Kabupaten Karo, Kabupaten Dairi, dan juga hingga ke Aceh Tenggara.

Masyarakat Karo merupakan masyarakat yang memiliki peradaban budaya yang tinggi, dan hal ini terlihat dari kemajuan teknologi dan ilmu pengetahuan yang telah berkembang selama ribuan tahun di daerah ini. Sebagai buktinya di daerah Karo dapat ditemukan keberadaan Rumah Siwaluh Jabu atau juga sering disebut Rumah Adat Karo, yaitu rumah besar dan tinggi, serta dilengkapi dengan teknologi tahan akan goncangan gempa.

Selain keberadaan rumah adat, masyarakat Karo juga telah mengenal budaya tulis menulis semenjak ratusan tahun yang lalu. Tulisan itu secara umum masih dapat terlihat pada lembaran-lembaran kulit kayu ulim yang disebut Pustaka Laklak, yaitu tulisan dengan aksara khas Karo. Melalui Pustaka Laklak kita dapat menemukan berbagai tulisan-tulisan, yaitu tentang ramalan (katika), Turi-turin (cerita), mangmang/tabas (mantra), kitab ketabiban, ratapan (bilang-bilang), kita mayan (beladiri), ndung-ndungun (pantun), serta ramuan obat-obatan. Khusus mengenai keberadaan tulisan tentang kitab ketabiban, serta ramuan obat-obatan yang dapat ditemukan pada Pustaka Laklak ini, mengindikasikan bahwa pada masyarakat Karo telah berkembang ilmu pengobatan secara tradisional semenjak ratusan tahun yang lalu.

Pengobatan tradisional Karo yang dalam bahasa Karo disebut Tambar Kuta, merupakan praktek pengobatan tradisional yang telah berkembang selama ratusan tahun pada masyarakat Karo. Praktek pengobatan tersebut mencakup pengobatan herbal, akupuntur, mandi sauna (oukup), dan lain sebagainya.

Berbagai teknik pengobatan tradisional pada masyarakat Karo juga dapat dikelompokkan sesuai dengan jenis kelamin anggota masyarakat, serta tingkat usia. Pengelompokan tersebut dapat dibagi menjadi 4 bagian, yaitu sebagai berikut:

1. Tambar Danak-Danak (Obat kaum Anak-Anak)
2. Tambar Pernanden (Obat kaum Ibu)
3. Tambar Perbapan (Obat kaum Bapak)
4. Tambar Sinterem (Obat untuk orang banyak)

Meski keberadaan pengobatan tradisional Karo sudah dikenal secara turun temurun oleh masyarakat Karo semenjak ratusan tahun, tetapi pada kenyataanya sejauh ini belum terlalu populer pada kalangan masyarakat luas. Kurang populernya pengobatan tradisional Karo bukan karena teknik pengobatan ini tidak mujarab dalam mengobati penyakit, tetapi alasan paling utama adalah keberadaan pengobatan tradisional ini kurang dipromosikan, sehingga memang tidak dikenal oleh masyarakat banyak.

Karena keterbatasan media konvensional untuk melakukan ekspose terhadap keberadaan pengobatan tradisional Karo, maka ijinkanlah penulis untuk mempublikasikan berbagai teknik-teknik pengobatan ini melalui blog ini, sehingga pada suatu saat kelak, keberadaan pengobatan tradisional Karo dapat dikenal luas oleh publik dan dapat dimanfaatkan seluas-luasnya untuk kesejahtraan umat manusia.